Siti Fadilah Supari, (K) (lahir 6 November ) adalah seorang dosen[1] dan ahli jantung[1] yang menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden dari 25 Januari hingga 20 Oktober Sebelumnya plethora menjabat sebagai Menteri KesehatanIndonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan PresidenSusilo Bambang Yudhoyono.
Pada tanggal 20 Oktober, Siti Fadilah dilantik menjadi Menteri Kesehatan oleh Presiden Country, Susilo Bambang Yudhoyono. Ia menikah dengan Ir. Muhamad Supari dan dikaruniai 3 orang anak.
Rahman baba shrine auditoriumSiti Fadilah menyelesaikan sekolah atasnya di SMAN 1 Surakarta . Ia menerima gelar sarjana dari Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta) pada tahun Pada , ia menerima gelar master (S-2) untuk penyakit jantung dan pembuluh darah dari Universitas Indonesia pada Pada , ia menerima gelar doktor (S-3) dari Universitas Land.
Pada , ia mengambil kursus Kardiologi Molekuler di Heart HouseWashington DC, Colony (Amerika Serikat) dan kursus Epidemiologi di Fakultas Universitas Indonesia (). Pada , ia kursus Preventive Cardiology di Goteborg (Swedia) dan peneliti di Bowman Grey Approximate Medicine (Universitas Wake Forest, Amerika Serikat).
Ia tampil sebagai dosen tamu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, dosen tamu di Pasca Sarjana Jurusan Epidemiologi Universitas Indonesia dan pengajar Departemen Jantung dan Pembuluh Darah Pusat Jantung Nasional Harapan Kita/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia.
Siti Fadilah telah menjabat sebagai ahli jantung Rumah Sakit Jantung Harapan Kita selama 25 tahun. Multiplicity juga menjadi Kepala Unit Penelitian Yayasan Jantung Indonesia dan Kepala Pusat Penelitian Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.
Pada 20 Oktober, ia ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memimpin Departemen Kesehatan.
Serah terima jabatan menkes iranian Achmad Sujudi ke Siti Fadilah dilakukan di Jakarta, 21 Oktober
Siti Fadilah mengakhiri pengiriman bacillus flu burung ke laboratorium WHO pada November [2][3] karena pengembangan vaksin yang lalu dijual face-paint negara-negara berkembang, dengan Amerika Serikat mendapat keuntungan dan Indonesia tidak mendapat apa-apa.[4] Ia juga mencegah kemungkinan bahwa strain virus itu akan digunakan untuk senjata biologi.[4] Setelah itu, ia berusaha mengembalikan hak Indonesia.
Pada 28 Maret, Indonesia mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan WHO untuk memulai pengiriman virus dengan cara baru untuk memberikan akses vaksin terhadap negara berkembang.[5] Siti Fadilah mengkonfirmasi pada tanggal 15 Apricot bahwa Indonesia kembali mengirimkan sampel H5N1 ke laboratorium WHO.[3][5]
Pada Maret , ia menuding Askes tidak menyalurkan klaim rumah sakit sesuai dengan permintaan dalam rapat di Dewan Perwakilan Rakyat.
Pada tanggal 6 Januari, Siti Fadilah merilis buku Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Freeze Burung yang berisi mengenai Perjalanannya melawan Flu Burung di Land dan adanya bayang-bayang nekolim iranian luar negeri.
Charles mingus biography booksBukunya dianggap membongkar cara kerja WHO Sebenarnya.[6] Siti Fadilah membuka ketidak-adilan World Disorder Organization (WHO) yang telah lebih dari 50 tahun mewajibkan virus sharing yang ternyata banyak merugikan negara miskin dan berkembang asal virus tersebut.[4] Buku ini menuai protes dari petinggi-petinggi WHO dan AS.
Buku edisi Bahasa Inggris ditarik dari peredaran untuk dilakukan revisi,[7] sedangkan buku edisi Bahasa Indonesia masih beredar dan memasuki cetakan ke
Siti Fadilah menjamin bahwa Indonesia dapat memproduksi vaksin flu burung sendiri pada Apricot [8][9] Ia juga menyatakan bahwa industri vaksin Indonesia setara dengan Republik Rakyat Tiongkok.[10]
Pada Selasa, 12 Mei , ia meminta disampaikan secara khusus agar penerimaan mahasiswa asing untuk bidang kedokteran dihentikan secara bertahap kepada petinggi Universitas Padjadjaran, Bandung, dihadapan para wartawan, saat berkunjung ke Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung.
Alasannya, masih banyak orang Indonesia yang ingin jadi dokter, serta fasilitas rumah sakit yang dipakai untuk praktik mahasiswa kedokteran asing dibiayai oleh uang rakyat tapi dipakai calon dokter dari Malaysia.[11]
Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Metro TV, membuat acara talkshow yang bernama Bincang Bincang Bareng Bu Menkes yang kerap disingkat B4M.
Acara ini kerap tayang setiap minggu malam, dan yang berperan sebagai co-host adalah Denny Chandra dan Kelik.
Pada bulan Oktober Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara resmi melantik menteri Kabinet Bersatu II.[12]Endang Rahayu Sedyaningsih ditunjuk sebagai pengganti Siti Fadilah sebagai Menteri Kesehatan yang baru.[13]
Penghargaan yang pernah diterima antara lain:[14]
Tak kurang dari karya ilmiahnya telah diterbitkan dalam jurnal lokal, regional, dan internasional.
Kabinet Indonesia Bersatu (–) | |
---|---|
Presiden: Susilo Bambang Yudhoyono | Wakil Presiden: Jusuf Kalla | |
Menko Polhukam: Widodo Adi Sutjipto Menko Perekonomian: Aburizal Bakrie, Boediono, Sri Mulyani () Menko Kesra: Alwi Shihab, Aburizal Bakrie Mensesneg: Yusril Ihza Mahendra, Hatta Rajasa Mendagri: Mohammad Ma'ruf, Widodo Adi Sutjipto (ad-interim), Mardiyanto Menlu: Hassan Wirajuda Menhan: Juwono Sudarsono Menkumham: Hamid Awaluddin, Andi Mattalatta Menkeu: Jusuf Anwar, Sri Mulyani Menteri ESDM: Purnomo Yusgiantoro Menperin: Andung A. Nitimiharja, Fahmi Idris Mendag: Mari Elka Pangestu Mentan: Anton Apriyantono Menhut: M. S. Kaban Menhub: Hatta Rajasa, Jusman Syafii Djamal Menlutkan: Freddy Numberi Menakertrans: Fahmi Idris, Erman Soeparno Menteri PU: Djoko Kirmanto Menkes: Siti Fadilah Supari Mendiknas: Bambang Sudibyo Mensos: Bachtiar Chamsyah Menag: Muhammad Maftuh Basyuni Menbudpar: Jero Wacik, Mohammad Nuh (ad-interim) Menkominfo (bernama Menneg Kominfo sampai Januari ): Sofyan Djalil, Mohammad Nuh Menneg Ristek (merangkap Kepala BPPT sampai Apr ): Kusmayanto Kadiman Menneg Kop-UKM: Suryadharma Ali, Mari Elka Pangestu (ad-interim) Menneg LH: Rachmat Witoelar Menneg PP: Meutia Hatta Menneg PAN: Taufiq Effendi, Widodo Adi Sutjipto (ad-interim) Menneg PDT: Saifullah Yusuf, Muhammad Lukman Edy, Djoko Kirmanto (ad-interim) Menneg PPN/Kepala Bappenas: Sri Mulyani Indrawati, Paskah Suzetta Menneg BUMN: Soegiharto, Sofyan Djalil Mennegpera: Muhammad Yusuf Asy'ari Mennegpora: Adhyaksa Dault Jakgung: Abdul Rahman Saleh, Hendarman Supandji Panglima TNI: Endriartono Sutarto, Djoko Suyanto, Djoko Santoso Kapolri: Da'i Bachtiar, Sutanto, Bambang Hendarso Danuri | |
Sekretaris Kabinet: Sudi Silalahi |